Buku ini berisi lima narasi tentang perkembangan wilayah urban di Makassar, Nabire, Labuan Bajo, Parepare, dan Pangkep. Seluruh cerita ini disusun oleh lima tim yang berisikan sekurangnya dua puluh lima peneliti muda di lima kota tersebut.
Cerita-cerita disusun berdasarkan pengalaman dan kesaksian-kesaksian tangan pertama, mulai perihal sejarah kota dengan tanahnya yang tumbuh dan menjorok ke selat, lanskap kota yang tumbuh di atas rawa-rawa, kota yang membesar dipicu oleh budaya pelesiran, atau kota yang pelan-pelan menjadi amnesia, sampai bentangan kota yang mulai dijauhi air.
Buku ini membentangkan lembaran peta wilayah pesisir Pulau Sulawesi, mulai dari Makassar, Polewali Mandar, sampai Palu yang sedang menghadapi sederet persoalan, mulai tanah diuruk dan membentuk daratan baru, hutan bakau yang menjadi benteng alami pesisir malah tumpas, sampai tanggul beton yang mengancam kebudayaan bahari sandeq sekaligus menjelma ancaman nyata bagi lingkungan hidup lantaran memblokade kawasan biakan penyu.
Pada bagian lain, kita juga akan menyusur dan membincangkan dimensi-dimensi partisipatoris dalam perkembangan dunia pendidikan dan peluang gerakan-gerakan yang dapat ditempuh warga dalam menyikapi persoalannya sehari-hari. Ketika cara lama mandek, saatnya memeriksa dan menautkannya dengan perkembangan dunia seni kontemporer yang mengalami demokratisasi moda produksi dan pemaknaan karya artistik, yang membentangkan untuk siapapun yang terlibat dalam relasi sosial dan konsensus estetik.
Sebuah perjalanan seorang bocah bernama Budi dan ayahnya ke masa lalu melalui gambar-gambar purbakala dan artefak-arkeologis di pusat informasi gambar prasejarah. Pada saat melihat artefak seperti alat, perkakas, perhiasan, dan senjata kuno, serta fosil-fosil yang telah membatu, melihat kehidupan manusia pada masa lampau di wilayah bukit Karst (kapur). Salah satu hal menakjubkan dari zaman prasejarah puluhan ribu tahun lalu adalah gambar-gambar gua purba yang masih ada pada dinding beberapa gua di Maros – Pangkep. Keindahan dan keteguhan gambar-gambar ini, yang juga disebut sebagai gambar gua, gambar cadas ataupun “rock art”, menambahkan nuansa magis pada kisah masa lalu. Penelitian tentang bahan tinta purba yang salah satu bahan utamanya terbuat dari Oker memberikan wawasan baru tentang teknologi dan kecerdasan manusia zaman dahulu yang telah menghasilkan warisan seni yang memukau hingga hari ini.
Dokumentasi seluruh program Makassar Biennale yang berlangsung selama tahun 2022 – 2023, yang melibatkan lima kota penyelenggara, yakni Makassar, Nabire, Labuan Bajo, Pangkep, dan Parepare.
Kegiatan-kegiatan tersebut meliputi focus discussion group (FGD) Makassar Biennale dengan sejumlah lapisan pemangku kepentingan, kelas terbang, residensi dan pameran yang melibatkan 25 seniman, wicara seniman, lokakarya, sampai simposium.
Datanglah ke Makassar Biennale hanya membawa diri selayaknya warga biasa! Apakah dengan berjalan kaki menyusur relung kampung kota, menghidu aroma masakan yang menguar dari dapur warga di sepanjang perjalanan, juga membaui palung got pekat yang mengitar dan membuntu di permukiman, atau menyaksikan sejauh mana perubahan kotamu setelah merantau bertahun-tahun.
MB semacam bentuk perjalanan perkembangan kolektif penyelenggara setiap kota dan seluruh dimensi pendukungnya. Karena itulah, jelas, haram menggunakan metode seragam. Satu-satunya pilihan untuk mewadahi keragaman itu melalui bentuk yang tertuang dalam buku ini.