MB2023 | Klab Musik
18521
page-template-default,page,page-id-18521,ajax_fade,page_not_loaded,,qode-theme-ver-10.0,wpb-js-composer js-comp-ver-4.12,vc_responsive
 
D'Elite

Grup rapper Indonesia D’Elite. Sejak tahun 2015, D’Elite telah merilis 26 Music yang sudah ada di seluruh platform digital. D’Elite juga memiliki 1 album ditahun 2022, D’Elite juga telah mempunyai 20 Music Video. Sepanjang perjalanan karier, D’Elite telah bekerja sama aggregator Collab Asia.

D’Elite is an Indonesian rapper group. Since 2015, D’Elite has released 26 songs that can be found on all digital platforms. D’Elite has also released 20 music video. Throughout its music career, the group has also made deals with Collab Asia.

Hirah Sanada

Hirah Sanada adalah seorang seniman perempuan yang bernyanyi dan memainkan biola. Hirah memulai karir bermusiknya pada tahun 2019 dengan menulis lagu bernuansa pop-akustik minimalis yang dibawakan dengan formasi duet vokal-biola dan gitar. Seiring berjalannya waktu, pada pembuka tahun 2021, Hirah tertarik dan mulai menggarap lagu dengan sedikit sentuhan musik klasik dan struktur progresif yang membuat panggung Hirah Sanada menjadi lebih ramai dari sebelumnya.

Dalam waktu dekat Hirah Sanada akan menerbitkan album yang berisi lagu dan musik yang telah ia tulis selama 2 tahun terakhir.

HIrah Sanada is a singer and violin player female artist. Hirah started her career in music in 2019 by releasing minimalist pop-accoustic songs presented in duet of violin-vocal and guitar. In the course of time, in early 2021, Hirah was intrigued and started writing songs with a little touch of classical music and progressive structure resulting in more crowd coming to her performance than before.

In the near future, Hirah Sanada is going to release an album with the songs and music she has been working on during this past two years.

Frontxside

Frontxside adalah sebuah band hardcore dari Makassar yang mengedepankan perjuangan dan solidaritas serta konsistensi dalam bermusik hardcore. Frontxside didirikan pada tahun 2012 oleh vokalis dan penulis lagu Indhar Saputra dan Eggi. Frontxside sukses merilis album debut self title ep pada tahun 2014 dengan lagu hits “Revolusi”, dan single sukses seperti “United As One” dan “Hipokrit” mengambil perhatian dunia dengan klip video musik dirilis pada tahun 2015.

Frontxside telah menjadi line up di festival musik nasional dan internasional seperti Hellprint, Hammersonic, Rock in Celebes, Rock in Borneo, Soundrenaline.

Frontxside is a hardcore band from Makassar who put forth struggle, solidarity and consistency in playing hardcore music. Frontxside was formed in 2012 by vocalist-songwriter Indhar Saputra and Eggi. Frontxside successfully released a self-titled debut album in 2014 with the hit single “Revolusi”, and other singles, such as “United As One” and “Hipokrit” that successfully drew the attention of hardcore fans from around the world with the music video released in 2015.

Frontxside has performed in domestic and international music festivals, such as Hellprint, Hammersonic, Rock in Celebes, Rock in Borneo, Soundrenaline.

Vinale

Vinale adalah proyek musik yang baru dibentuk oleh Salah Hariwibowo (Ale) dan Viny Mamonto (Viny). Ale dan Viny memanfaatkan momentum Klab Musik Makassar Biennale 2023 sebagai gong lahirnya proyek musik ini.

Di luar dari Vinale, Ale dan Viny merupakan duo “Ruangbaca”, grup pop yang mengandalkan harmoni vokal serta gitar akustik sebagai instrumen utama. Ale dan Viny kemudian membentuk Vinale sebagai ruang baru untuk mengeksplor warna musik lebih beragam lagi.

Vinale is a recently formed musical project by Salah Hari wibowo (Ale) and Viny Mamonto (Viny). Ale and Viny seize the opportunity presented by Klab Musik Makassar Biennale 2023 as the announcement of this musical project.

Outside of Vinale, Ale and Viny are in a musical group “Ruangbaca”, a pop duo with vocal harmony and accoustic guitar as the main instruments. Ale and Viny then formed Vinale as their new act in exploring more extensive and diverse musical genres.

Minor Bebas

Minor Bebas, sebuah unit rock alternatif, terbentuk di Makassar pada Tahun 2015. Minorbebas dimotori oleh Radhitya Erlangga (Vocal/Guitar), Pramayudi Nugraha (Bass), dan Rendy Mulandy (Drums).

MinorBebas telah merilis debut album pertama dengan judul “Crunch” di tahun 2017 yang telah merebut atensi publik melalui beberapa lagu jagoan antara lain “Simply Grey”, “Astigmatism”, “bring them back”, dan “Jalan Saja”. Album ini juga telah mendapat penghargaan sebagai “Best Rock/Alternative Album” tahun 2018 oleh MIMA (Makassar Indie Music Award) dan juga ikut mengisi lagu jagoan “Astigmatism” dalam film “SUHU BEKU” (2017).

MinorBebas mengusung tema Rock Alternative 90an dan bercerita tentang keberlangsungan serta keberlanjutan cita-cita skena musik rock dimanapun berada melalui sudut pandang yang sangat personal. Cerita-cerita lagu MinorBebas juga berfokus pada tema keterbukaan, hak asasi, dan kemanusiaan.

Minor Bebas aktif mengisi beberapa event/festival tahunan di makassar seperti; “Musik Hutan”, “Prolog Fest”, “Musick Bus Fest”, ”Road to Soundrenaline”, “Campus Community Day”, dan “Rock in Celebes”.

Minor Bebas is an alternative rock group, formed in Makassar in 2015. Minor Bebas consisted of Radhitya Erlangga (Vocal/Guitar), Pramayudi Nugraha (Bass), and Rendy Mulandy (Drums).

Minor Bebas released its debut album titled “Crunch” in 2017 and caught the attention of music audiences through some of its top songs, such as “Simple Grey”, “Astigmatism”, “Bring Them Back”, and “Jalan Saja”. The album also won album of the year in 2018 for “Rock/Alternative” presented by MIMA (Makassar Indie Music Award) and one of its top song “Astigmastism” was used in the movie “SUHU BEKU” (2017).

Minor Bebas plays 90s alternative rock themed music and speaks of continuity and sustainity of rock music scene aspirations everywhere through a very personal point of view. The lyrics also speak of open-mindedness, human rights, and humanity.

Minor Bebas has actively involved in annual music festivals and events in Makassar, such as “Musik Hutan”, “Prolog Fest”, “Music Bus Fest”, “Road to Soundrenaline”, “Campus Community Day”, and “Rock in Celebes”.

Pelakor (Pelantun Keroncong)

Pelantun Keroncong—Pelakor—berusaha menjadi kelompok yang hadir memberikan warna baru pada langgam Makassar dan bangkit dengan ide serta inovasi agar ekosistem ekonomi kreatif dapat dibangun melalui sektor musik di Makassar.

Ciri khas Pelakor atau Pelantun Keroncong terletak pada gaya keroncong varian langgam Makassar. Instrumen juk dan tenor memainkan pola dasar keroncong, biola dan cello mengambil ornamentasi kesenian parambang atau orkes turiolo, gitar menggunakan teknik petikan losquin yang dasarnya menggunakan belo-belo pakacaping. Gabungan jenis, gaya, dan ornamentasi pada kesenian tersebut menjadi inti permainan dalam membentuk ciri khas Pelakor.

Single pertama Pelakor rilis pada 24 Agustus 2020 berjudul “Satire”, lagu ini menceritakan tentang seorang laki-laki yang tidak bisa menahan hawa nafsunya. Single kedua berjudul “Diariku”, menceritakan tentang seorang perantau yang merindukan kampung halaman. Dua single lainnya rilis pada 24 Oktober 2020.

Pelantun Keroncong–Pelakor–aims to be a group who offers a new color to Makassar folk music, also full of ideas and innovations so the ecosystem of creative industries can be improved from the music industrial sector in Makassar.

The distinctive character of Pelakor or Pelantun Keroncong is in the variant style of Makassar folk. The juk and tenor play the standard folk rhythm, violin and cello play the parambang standard or old orchest group standard, guitar incorporate the losquin fingerstyle technique based on belo-belo pakacaping. Combination of type, style, and techniques in the music is the core ingredient for the unique and distinctive music of Pelakor.

Pelakor’s first single released on 24 August 2020 titled “Satire”, the song speaks of a man who is driven by his own greed. The second single titled Diariku“, telss the story of an immigrant longing for the hometown.  Two other singles released on 24 Octobre 2020.

Bunyi Waktu Luang

Bunyi Waktu Luang merupakan proyek musik solo yang dikerjakan Aden Firman, mulai diperkenalkan sejak 2015 dan mendapatkan panggung pertamanya pada tahun 2016 dalam sebuah kegiatan diskusi buku di Makassar.

Rilisan Bunyi Waktu Lung antara lain “Sukma”, Nusa Bunga di Tanjung”, “Pergi Adalah Kembali”, dan “Perkara Tamasya”. Lagu ciptaan lain di luar proyek solo ini antara lain dari “Pemuda”, “Demokrasi Huru-Hara”, “Kota Ibu”, “Guna Sia-sia”, hingga sejumlah musikalisasi puisi, produksi tata musik dalam pertunjukan teater dan film pendek.

Bunyi Waktu Luang is a solo musical project by Aden Firman, announced in 2015 and performed its first stage performance in 2016 in a book disscussion in Makassar.

Some of the songs released by Bunyi Waktu Luang are “Sukma”, “Nusa Bunga di Tanjung”, “Pergi Adalah Kembali”, and “Perkara Tamasya”. Other songs written by Aden Firman outside of this solo project are “Pemuda”, “Demokrasi Huru-Hara”, “Kota Ibu”, “Guna Sia-sia”, and a number of poetries musicalizations, musical scores in theatrical play and short films.