DRAMA SOSIO DRAMA “SEKAPUR SIRIH”
2021
Teater
Sosio Drama Sekapur Sirih yang dipersembahkan Teater Kampong, pertunjukan ini, tak hanya melibatkan teman-teman yang sudah terbiasa dengan seni teater tapi mengikutsertakan anak-anak dari sekolah dasar (SD) yang bermukim di sekitar lokasi pertunjukan. Pementasan yang serat akan makna ini dipersiapkan selama tiga pekan, mulai dari penyusunan naskah dan skenario, penjaringan pemain, dan latihan intensif. Propertinya sendiri dibuat dengan tangan oleh seniman dari Teater Kampong.
Akhmad Siddiq Fathana (Bulukumba, 9 Juli 1989) merupakan jebolan seniman dari Universitas Negeri Makassar. Aktif menjadi penggerak dalam Teater Kampoeng, teater seni tertua di Bulukumba. Sering terlibat dalam kegiatan drama dan hobi melukis. Seni rupa karyanya di antaranya Monumen Korban 40.000 Jiwa Bulukumba. Terlibat dalam event Makassar Biennale sejak 2019, dan mengikutkan sejumlah karya seni rupanya.
Teater Kampong
Teater Kampong digagas seniman senior di Bulukumba yakni Achmad Dharsyaf Pabottingi, H. Idris Aman, Kadir Rampa, Karim Renata Sandi, dan Idris Dirce. Secara resmi, terbentuk pada 10 Oktober 1979, dan aktif hingga kini dengan motto “Bangkit Disaat Berdiripun Sulit”.
Dinamai Teater Kampong, karena para pendiri terdiri dari orang-orang kampung yang memiliki semangat untuk berkesenian baik Seni Pertunjukan (Drama) Seni Musik, Seni tari, Seni Sastra, maupun Seni Rupa. Acuan Teater Kampong dalam Kreatifitasnya adalah penggalian dan pengembangan seni budaya dengan upaya mempertahankan yang sudah ada dan menggali yang terpendam. Hasil temuan itu kemudian didiskusikan dan ditampilkan baik dalam bentuk Seni Konvensional, Seni kontemporer dan Seni Mutakhir (modern).
Sebuah sanggar seni tertua di Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan. Teater Kampong berdiri secara mandiri dan banyak melakukan aktivitas dengan memanfaatkan bangunan tua “Tarungku Toae” atau penjara lama yang terletak di Jl. Jendral Sudirman, Kelurahan Bentenge, Kecamatan Ujung Bulu. Sanggar ini memberi ruang seluas-luasnya kepada siapa saja untuk berkarya.
KAMPUNG NIPA BERLAYAR
2021
Fotografi
Budaya maritim yang ada dan hidup subur di Sulawesi Selatan salah satunya di Kab. Bulukumba menjadi penanda perkembangan sejarah maritim di dunia. Dengan slogan ‘Bulukumba berlayar’ yang dikenalkan sejak akhir 1994 yang akhirnya resmi pada 1996 (Rismawidiawati, 2018), tentunya banyak hal yang bisa ditelusuri dan diarsipkan untuk mempertahankan identitas sebuah wilayah dan orang-orangnya.
Lewat slogan ‘Bulukumba berlayar’ rasa penasaran itu hadir dan saya mulai mempertanyakan soal apa yang sebenarnya terjadi di Bulukumba. Apakah setiap orang di Bulukumba sudah mengamini identitasnya sebagai bagian dari sejarah maritim? Bagaimana rasa kepemilikan identitas yang dibangun oleh orang-orang tua sebelum mereka lahir di Bulukumba?
Sebagai orang yang lahir dan besar di daerah sub-urban ditambah orang tua yang sejarah identitasnya sudah buram, relasi kepemilikan terhadap sebuah budaya dan daerah menjadi keresahan yang sering hadir di diri saya. Di perjalanan perkenalan dengan Bulukumba, saya berjumpa dengan Kampung Nipa sebuah daerah yang tidak jauh dari pusat administratif Kab. Bulukumba dan masih menjalankan budaya maritim berprofesi utama sebagai nelayan. Pertemuan ini seakan menjadi kisi-kisi dari jawaban atas pertanyaan soal kepemilikan budaya orang-orang Bulukumba dengan slogan daerahnya.
Pertanyaan lain pun hadir ‘Apakah orang-orang Bulukumba cukup kenal dan tahu budaya maritim di Kampung Nipa?’ Bahwa besar kemungkinan suplai ikan tembang di meja makan mereka adalah hasil tangkapan nelayan Kampung Nipah. Meski terlihat sepele dan sering terjadi, abai akan akar identitas diri ini secara perlahan dapat menghapus jejak-jejak maritim di Sulawesi Selatan. Pada akhirnya, akan sangat disayangkan jika kesempatan mengenal budaya maritim ini akan lenyap dan tidak tercatat dengan baik.
Lewat seri foto ini saya mencoba untuk mendokumentasi temuan-temuan yang representatif terhadap perkenalan saya dengan budaya maritim yang kental di Kampung Nipa. Harapannya di masa depan ini bisa menjadi pintu masuk bagi orang-orang di Bulukumba atau di luar Bulukumba lebih jauh mengenal dan memiliki relasi kepemilikan mereka dengan budaya yang sudah mendarah daging hingga hari ini.
Muhammad Rizki (23). Desainer grafis, saat ini bekerja bersama Pamflet sebagai Staff Divis Youth Studies. Aktif berkomunitas sebagai Program Manager di Forum Sudut Pandang, kolektif seni di Sulawesi Tengah yang fokus pada perubahan sosial melalui kesenian. Beberapa kali pernah terlibat dalam produksi Film Pendek lokal Palu di bagian produksi.
ONDEWEY
2021
Presentase
Berangkat dari pendampingan yang dilakukan bersama Indonesia Movement Project yang melakukan pendampingan di Kahayya, menyentuh tidak hanya ranah pendidikan tetapi juga pemberdayaan ekonomi lokal, dan sekaligus sebagai Owner Ondeway yang memilih Kopi Kahayya sebagai single origin kopi, menjadikan kopi sebagai seni.
Memahami kopi ibarat memahami manusia. Mulai dari mengenal jenis biji-biji kopi, menghirup aroma kopi sebelum dan sesudah diseduh, mencicipi rasa dan keasaman kopi, hingga menilai kenikmatan segelas kopi. Setiap bijinya memiliki potensi terbaiknya dan semuanya bisa optimal, bergantung bagaimana seseorang memberikan sentuhan yang tepat.
Andi Awal Irsyad, lahir di Bulukumba pada 9 Agustus 1984. Sejak kuliah ia mulai tertarik dengan kopi dan berangkat dari kegemarannya itu ia bersama Indonesia Movement Project melakukan pendampingan di Kahayya yang tak hanya menyentuh pendidikan tapi turut mengambil peran dalam pemberdayaan ekonomi lokal. Sebagai Owner, pada 2018, ia memperkenalkan Brand Ondeway sebagai Coffee Bike pertama di Bulukumba yang dengan konsisten menggunakan Kopi Kahayya sebagai single origin kopi yang kemudian didorong menjadi produk lokal unggulan dari wilayah ketinggian Bulukumba.
LUKISAN KACA
2021
LUKISAN
Lukisan Kaca adalah sebuah karya industri kreatif di bidang seni lukis. Lukisan kaca sendiri memiliki teknik melukis dengan pointilis dan mengarsir di media kaca, kemudian alat yang digunakan untuk melukis di kaca adalah pen grafir/mini drill yang berfungsi membuat goresan di permukaan kaca sehingga menimbulkan efek timbul pada permukaan kaca. Pada proses ini tingkat konsentrasi sangat dibutuhkan dikarenakan memiliki resiko kesalahan yang sangat besar dan jika terjadi kesalahan maka kaca harus diganti dikarenakan kesalahan dalam melukis tidak dapat dihapus. Dan untuk mendapatkan efek warna pada lukisan kaca hanya menggunakan pencahayaan dari beberapa jenis lampu led yang terpasang pada bingkai dan stand dudukan lukisan kaca yang terbuat dari kayu dengan desain yang menarik.
Hendra Gunawan Sais (Gunturu, 24 November 1996) seorang pekerja seni, dan aktif berkegiatan sosial sebagai relawan di KKA (Komuniatas Keluarga Angkat). Pria yang akrab disapa Hendra ini memiliki keterampilan membuat karya seni dengan memanfaatkan limbah namun dia lebih dikenal sebagai pelukis kaca. Sejak 2016, Hendra terus membuat lukisan kaca dan menjadikan hal tersebut sebagai peluang bisnis. Karya Hendra pernah diikutkan dalam beberapa kegiatan di antaranya 2018 lalu di Pameran Expo Desa Tingkat Kabupaten Bulukumba, dan Festival Pinisi ke-9, dan Jambore Desa se-Sulsel. Hendra berhasil meraih juara 2 Lelang Karya Pemuda yang diselenggarakan Dinas Pemuda dan Olahraga Kabupaten Bulukumba pada 2019 lalu.
ECOPRINT
2021
Ecoprint
Ecoprint sendiri merupakan teknik memberi pola pada kain menggunakan bahan alami seperti daun, bunga, batang, atau bagian, tumbuhan lain yang dapat menghasilkan pigmen warna. Teknik ecoprint ini merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan dalam melakukan pengarsipan dan pencatatan terhadap tumbuh-tumbuhan rempah. Selain itu, teknik ini juga merupakan perpanjangan dari teknik ecodye atau teknik celup yang umumnya dilakukan hanya dengan mencelupkan kain pada pigmen warna tanpa memberikan pola terhadapnya.
Kahayya sebagai salah satu daerah wisata yang terjebak oleh tumpakan sampah plastik kemudian memotivasi teman-teman Serikat Pemuda Kahayya (SPK) untuk menghasilkan produk ramah lingkungan dengan menggunakan teknik ecoprint.
Nurmaidah Mansyur, lahir pada 20 Juni 1996 di Tabbuakang. Ia adalah Founder dari UKM Kahayya Tbk dan @kahayyacoprint, serta aktif sebagai Relawan Taman Baca Tanjung. Hingga saat ini ia masih aktif di Serikat Pemuda Kahayya, Kahayya Tanggap Bencana, dan Asosiasi Kopi Indonesia.