MB2023 | MB 2021: PAMERAN NABIRE
18304
page-template-default,page,page-id-18304,page-child,parent-pageid-16677,ajax_fade,page_not_loaded,,qode-title-hidden,qode-theme-ver-10.0,wpb-js-composer js-comp-ver-4.12,vc_responsive

MAKASSAR BIENNALE 2021 – NABIRE

Lokasi: Aula Gedung Dinas Pekerjaan Umum Nabire
Nagii! - Asosiasi Pedagang Asli Papua (APAP)
Deskripsi Karya

NAGII!

2021
Instalasi

Dalam bahasa Mee, Nagli, berarti “silakan pukul saya”. Kata ini kerap diucapkan ketika subjek punya upaya mempertahankan diri dalam keadaan tertekan. Hal inilah yang kami anggap menggambarkan keadaan mama-mama penganyam noken dewasa ini, ketika kebudayaan mesti berbenturan langsung dengan kapitalisme di bumi Papua.

Arus kapital itu datang dengan berbagai tawaran. Tantangan untuk noken, salah satunya hadir dalam bentuk kantong plastik yang diproduksi massal, cepat, dan mudah. Ia dengan mudah menggantikan fungsi noken—meski tidak ramah lingkungan—untuk membawa barang belanjaan, hasil kebun, ikan, daging, dan lain-lain. 

Di satu sisi, noken pun telah diangkat sebagai warisan budaya dunia setelah disahkan oleh UNESCO sejak 4 Desember 2012. Ada satu hal yang kami lihat sebagai tantangan baru mengenai nilai-nilai noken: ia seperti kehilangan “jiwa” lantaran cenderung dijadikan suvenir. Hal ini menjadi begitu ambigu. Di satu sisi, kami ingin noken yang dianyam mama-mama laku terjual. Di sisi lain, kami ingin memperkenalkan nilai-nilai/”jiwa” noken pada khalayak banyak agar ia tak dipandang sebagai objek semata.

Biodata Seniman

Asosiasi Pedagang Asli Papua (APAP) ini adalah wadah yang didorong oleh pegiat muda yang datang dari berbagai latar belakang. Sejak awal berdiri tahun 2017, dulunya menggunakan nama Relawan Mama-Mama Pasar Papua (RMMPP) dan setelah Mubes I APAP pada 16 Agustus 2020, bertempat di Gedung PKK Nabire, berubah menjadi APAP. 

APAP fokus pada beberapa agenda penting untuk satu tahun ini, pertama, mendorong pelatihan dan pembinaan untuk pedagang asli Papua, secara khusus mama-mama pasar Papua, kedua, pemetaan dan analisa pasar secara bersama, ketiga, mendorong pasar khusus untuk mama-mama pasar Papua di pusat kota Nabire.

"BINGUNG" DAN "JALAN KELUAR" - Wahyu Effendy
Deskripsi Karya

“BINGUNG” DAN “JALAN KELUAR”

2021

Lukisan

“Bingung” merupakan sebuah pengalaman pribadi menyatakan imajinasi dalam “bentuk-bentuk dan warna-warna”. Kepala saya kerap penuh imajinasi dan hanya berputar-putar di sana saja. Mulai dari persoalan diri sendiri, hingga persoalan besar yang menyangkut banyak orang.

Saya membayangkan di kepala saya ada sebuah kunci yang berkarat saking seringnya tak dibuka. Membayangkan saya duduk di sana sambil mengamati diri saya sendiri. Salah satu cara saya agar ia setidaknya keluar adalah dengan melukis. Sebab itu, tiap lukisan yang saya bikin selalu saja seperti tak ingin saya selesaikan. Entah mengapa.

“Jalan Keluar” merupakan respons terhadap penelitian daun waru yang dilakukan oleh Fauzan Al Ayyuby dalam buku “Warisan di Segitiga Wallacea”. Karya ini coba menvisualkan perjalanan darah kotor dari dalam tubuh hingga menembus pori-pori lalu keluar lewat daun.

Biodata Seniman

Wahyu Effendy adalah seorang pria keturunan Jawa–Bugis yang lahir di Nabire 11 Oktober 2000. Setelah lulus sekolah menengah atas di SMAN 1 Nabire tahun 2018, ia mencoba peruntungan menjadi seorang barista di beberapa kedai kopi. Di tahun 2020, ia baru membuka sendiri kedai kopinya bernama Inikopi di Kalibobo. Di kedai itu, ia berencana memamerkan karya-karya lukisnya—hobi yang ia tekuni sejak kecil—sebagai ruang pameran sekaligus ruang bersantai dan bekerja.

MAMA MINCE - Yulianus Boma
Deskripsi Karya

MAMA MINCE

2021

Fotografi

Mama Mince adalah seorang pedagang di Pasar Karang. Tiap hari, ia menjual nota (Ubi), daun bawang, markisa, pepaya, wortel, dan sayur labu. Barang dagangannya ia bawa dari Putapa, Dogiyai, kurang lebih dua ratus kilometer dari Nabire. Ongkos yang ia keluarkan untuk mengangkut barang dagangannya kisaran lima ratus ribu hingga satu juta rupiah.

Dalam sekali jalan, ia membawa lima sampai enam noken barang dagangannya untuk dijual di pasar. Hasil penjualannya pun beragam. Jika laku, ia akan menerima lima juta rupiah. Jika tak laku, ia hanya hanya memperoleh kisaran satu setengah juta rupiah.

Selama berjualan di Nabire, ia tinggal di rumah keluarganya. Baru setelah barang dagangannya habis, ia akan pulang ke Putapa untuk mengambil barang dan membawanya lagi ke Nabire.

Biodata Seniman

Yulianus Boma menekuni dunia fotografi sejak kali pertama memegang gawai. Dari situ, ia belajar memotret dari makro sampai foto model. Foto-fotonya kerap hadir dalam pameran-pameran foto, juga santer menyabet gelar juara. Pria kelahiran Mabou, 19 Juli 1999 ini, bergabung dengan Papuansphoto, sebuah kelompok kecil yang berkecimbung di dunia Photography yang mana selalu menampilkan hasil-hasil foto dari dari berbagai daerah yang ada di Papua.

DAUN GATAL, DAUN WARU, DAN AKADAPI BOO - Kolektif Stereo
Deskripsi Karya

DAUN GATAL, DAUN WARU, DAN AKADAPI BOO

2021

Instalasi

Di tahun 2020, Kolektif Stereo terlibat dalam program “Menghambur Menyigi Sekapur Sirih”, sebuah program yang diadakan sebagai pra-event Makassar Biennale 2021. Program yang berlangsung selama tiga bulan itu menelurkan buku “Warisan di Segitiga Wallacea”.

Pada buku ini, terdapat tiga tulisan penelitian tentang pengobatan tradisional yang ada di Nabire. Nomensen Douw, menuliskan soal daun gatal yang dipakai oleh masyarakat pesisir hingga pegunungan Papua. Ia bertemu dengan Siprianus Bunai dan Dhorteus, dua orang yang mempraktikkan pengobatan ini, untuk menggali pengetahuan soal daun gatal.

Fauzan Al Ayyuby menuliskan soal daun waru, sebuah daun yang dalam suku Yerisiam dikenal dengan istilah “Nabarure” yang berarti “daun yang mendatangkan darah. Pada penelitian ini, ia bertemu dengan Sambena Inggeruhi.

Terakhir, Manfred Kudiai, menuliskan soal daun Akadapi Boo (urang-aring) sebagai penyembuh batuk yang diwariskan turun-temurun. Manfred bertemu dengan Lusy Kudiai, seorang perawat di daerah Topo, Nabire, yang kerap merekomendasikan Akadapi Boo alih-alih pengobatan modern ketika ada pasiennya yang mengalami batuk.

Biodata Seniman

Kolektif Stereo adalah sebuah lembaga yang berdiri sejak tahun 2019 di Kota Nabire, Papua, berawakkan peneliti, penulis, sastrawan, fotografer, arsitek, dan barista. Berkerja dengan ragam media audio-visual sebagai bentuk sajian dan cara bekerja untuk mengarsipkan sejarah dan perkembangan kota. Program-program yang dijalankan Kolektif Stereo seperti “Bakar-Bakar: baku dengan-baku cerita”, mengelola majalah terbitan dwi bulanan “Megezine”, pameran foto, kajian, dan lain-lain.