Anwar Jimpe Rachman
Direktur
Anwar Jimpe Rachman bekerja di Makassar Biennale sejak 2017. Sebelumnya ia menjadi kurator Jakarta Biennale (2015), Bom Benang (2012-2017), dan beberapa pameran seni rupa di Makassar.
Selain menulis buku, sejumlah tulisannya terbit di Kompas, Tempo, Esquire Indonesia, Warisan Indonesia, Fajar, Tribun Timur, dan media cetak/elektronik lainnya. Pada tahun 2021, ia rampungkan dua buku: alih bahasa karya Kathleen M Adams, Seni sebagai Politik: Memahat Ulang Identitas dan Kuasa lewat Pariwisata di Tana Toraja dan Rock In Celebes & 100 Tahun Musik Populer Makassar.
Ia bersama kawan-kawannya mengasuh Tanahindie, ruang pengkajian perkotaan di Makassar yang berdiri tahun 1999. Mengasuh Penerbit Ininnawa sejak 2005, selain sehari-hari sebagai pustakawan dan pengarsip di Kampung Buku, Makassar. Kerja bergelut arsip itu melahirkan proyek film dokumenter sejarah, Bunyi Kota: 100 Tahun Musik Populer Makassar (Tanahindie – Kemdikbud RI – RIC, 2019).
Fitriani A. Dalay
Kurator
Fitriani A. Dalay (Piyo), adalah community organizer dan crafter yang berbasis di Makassar. Ia menyelesaikan pendidikan di Jurusan Sastra Inggris Universitas Hasanuddin. Penggiat Komunitas Quiqui, merupakan komunitas independen yang bekerja secara sukarela memberikan pelatihan merajut gratis sebagai sarana terapi dan ruang alternatif khususnya bagi perempuan pasca melahirkan dan aborsi sejak tahun 2011. Menjadi salah satu penulis dalam proyek penulisan dan penelitian buku Halaman Rumah (2017)
Mengorganisir dan mengkuratori program Bom Benang tahun 2011 – 2017. Bom Benang merupakan proyek berbasis warga yang dikerjakan secara gotong royong. Diorganisir oleh anak muda dari berbagai disiplin yang tertarik terhadap penelitian pengorganisiran dan craft. Kelompok anak muda ini kemudian bekerja bersama memfasilitasi warga belajar menganyam hingga mampu berpameran sendiri di halaman rumah. Bom Benang membalik praktik kerjanya: warga menjadi seniman dan seniman sebagai fasilitator.